It's been 14 years.
11 September 2017.
Tuhan masih
mengizinkan matahari tersenyum pada satu orang yang sedang berbahagia pada hari
ini, tepatnya.
Selamat
pagi!
Segala
puji bagi Allah Subhanahu Wata’ala, udara segar pagi ini masih bisa kuhirup.
Udara yang tenang menenangkan dan sejuk meyejukkan jiwa maupun raga. Udara pagi
kali ini sukses membuatku terjaga. Biasanya, aku bangun jam 10 pagi bahkan jam
12 siang setelah solat subuh. Makhluk Tuhan seperti akukah yang harus didustakan?
Pemandangan
diluar jendela sama seperti hari-hari biasanya. Beberapa orang mengenakan
seragam sekolah, seragam kantoran, baju kasual dengan balutan ekspresi wajah
yang berbeda-beda pula. Ada yang gembira kayak abis menang arisan, ada yang murung, ada yang tiis aja, ada juga
yang kayak keduruk (perasaannya, bukan mukanya). Semua itu mereka lakukan tak
lain untuk kebaikan dunia akhirat masing-masing. Yah, jadi kangen sekolah L
Suasana
dirumah pun hampir sama. Ibu sudah siap untuk pergi ke sekolah, sementara bapak
masih duduk-duduk dengan kopi ditangan kanannya. Gak diminum, dipegang aja.
Hehe. Meh naon?
Enggak
kok, bapak pasti minum kopinya. Bapak adalah salah satu pecinta kopi dengan
tambahan gula dua sendok makan yang sudah seperti menjadi keharusan. Mau pergi
ngantor, ngopi. Pulang ngantor, ngopi lagi. Mau tidur, ngopi juga. Yagitulah,
mungkin bapak gak ngerasa dirinya manis.

Tinggalah
kami berdua di rumah. Aku dan dede.
Lalu
aku pergi ke kamarnya dan ternyata dia masih tidur. Mimpi indahnya nyaris
membuat ia lupa akan dunia yang sesungguhnya. Terlalu larut dalam kebahagiaan. Tersenyum
pulas.
Jauh
menerawang ke alam bawah sadarnya, membawa akal sehatku menerjang kembali tahun
2003, dimana aku cepat-cepat pulang ke rumah, berlari menuju ke kamar,
dan..melihat bayi kecil mungil yang gagah, tapi sedikit terbalut wajah borangan, sedang dipangku oleh ibuku.
Pada
tanggal 11 September 2003, tepatnya 14
tahun silam, Mukti Makuta Wibawa lahir.
Aku gagal menjadi princess ayah satu-satunya. Sedih-sedih bahagia.
Kucubit
pipinya, kucium-cium pula wajahnya, ku pangku diaaa..dan ada satu hal yang
membuatku merasa ‘terkesan’. Dia sama sekali tidak mirip denganku. HA!
Bersyukur, karena aku risih saja jika ada orang yang mirip denganku, lagipula siapa
juga yang pengen punya kloningan? Ajeng Pawestri versi millenium. Kan gak
banget.
Kembali
ke dunia nyata..
Manusia
yang berulang tahun itu ke 14 itu masih tertidur pulas, jadi aku biarkan saja,
toh untuk apa dibangunin kalau hanya sekedar untuk mengucapkan ‘Selamat Ulang
Tahun’.
Btw,
kami sekeluarga sudah mengucapkan sehari sebelumnya. Yaaah..hanya sekedar
ucapan, dan harapan, tidak ada balon, tidak ada kue, tidak ada teman-teman, apalagi
pacar. Dan pada saat itu juga, kami saling melempar senyum dan bercanda ringan.
Yah, sesederhana itu.
Meskipun
ulang tahunmu tidak dirayakan, tapi kami menaruh banyak harapan baik untukmu.
Pada hari bahagiamu ini, kamu adalah orang yang paling kami ‘semoga’kan.

Teteh harap kamu
bisa tumbuh dewasa di lingkungan yang sudah tidak bersahabat seperti ini. Teteh
tidak mau kamu salah pergaulan. Miris saja, banyak abg seusiamu yang
terang-terangan merokok. Pake seragam sekolah pula! Teteh tidak mau kamu
seperti itu. Tolong, ya.
11 September 2017 menjadi hari spesialmu,
bahkan 'kami' pun turut berbahagia. Tak percaya?
Bangunlah, dek. Lihat! Matahari tersenyum,
menyapa kabar usiamu…
Sudah sejauh manakah kamu
berbakti untuk semesta?
Gambar 1. Foto ini diambil tahun 2015. Watirnya keur makan jol diabadikan.
Komentar
Posting Komentar